Ia menyebut, sudah sekitar satu bulan harga kedelai terus mengalami kenaikan. Awalnya kata Winarti, hanya Rp11.000 kini Rp13.000. “Walau kerugiannya tidak terlalu besar, tapi kalau lama-kelamaan kedelai terus mengalami kenaikan harga, maka kerghianpun juga akan nampak semakin besar,” tegasnya.
Sementara Nur selaku penjual kedelai mengatakan, pedagang tempe lebih suka menggunakan kedelai impor untuk bahan produksi tempe mereka. “Menggunakan kedelai impor yang hitungannya pakai nilai harga dollar, karena sekarang ini harga dolar kian melejit. Otomatis, harga kedelai pun juga ikut naik,” terangnya.
Dari pada mogok produksi, para pedagang tempe kini memilih turunkan jumlah produksi dan kurangi isi per bungkus tempe. Langkah ini, agar tetap mendapat laba penjualan.
“Ya, walaupun hanya sedikit. Inilah cara satu-satunya untuk menanggulangi tantangan kenaikan harga kedelai ini,” ucapnya.
Pengrajin tempe tetap tetap berkomitmen untuk menjadikan agar produk tempe tidak punah. Dengan begitu konsumen tetap bisa menikmati makanan khas Nusantara ini. (Fa’iza/IP05)