Herman Deru juga menyebutkan, Sumsel kini semakin kokoh sebagai penyangga pangan nasional. Semangat ini didukung pula oleh kebijakan Presiden yang melarang impor beras. “Semangat kita mungkin tidak akan sekuat ini jika Presiden tidak mengeluarkan kebijakan larangan impor. Apalagi harga HPP padi kini mencapai Rp6.500 per kilogram,” jelasnya.
Menurutnya, Sumsel mendapat program cetak sawah seluas 48.000 hektar, dengan 38.000 hektare sudah masuk tahap SID. Dari jumlah itu, Kabupaten OKI berkontribusi besar dengan 18.000 hektar. “Per hari ini, Sumsel telah mencatat kenaikan signifikan produksi gabah kering giling. Jika target akhir 2024 sebesar 2,9 juta ton, hingga September ini sudah naik 600 ribu ton,” ungkapnya.
Dengan optimisme tinggi, Herman Deru yakin Sumsel mampu naik peringkat menjadi tiga besar produsen beras nasional. “Dengan dukungan LBS (Luas Bakal Sawah) yang ada dan penerapan Padi IP 200, kita bisa panen dua kali setahun. Itu membuat Sumsel berpeluang naik dari lima besar menjadi tiga besar nasional,” ucapnya penuh semangat.
Menutup sambutannya, Gubernur mengajak seluruh pihak untuk memanfaatkan lahan kosong secara maksimal tanpa melanggar aturan yang berlaku. “OKI punya potensi sangat besar. Jika semua digarap, bukan mustahil OKI menjadi primadona penghasil pangan nasional,” katanya.
Selain di OKI, rombongan Gubernur Herman Deru bersama Staf Ahli Mentan RI juga meninjau program cetak sawah di Desa Arisan Jaya, Kecamatan Pemulutan Barat, Kabupaten Ogan Ilir.*

 
									






