FEATURE

Mudik, Rantau & Tokoh Surau Minangkabau

×

Mudik, Rantau & Tokoh Surau Minangkabau

Sebarkan artikel ini
Penulis sekeluarga saat ziarah ke pusara Beliau Inyiak Canduang, Maulana Syaikh Sulaiman Arrasuly, di komplek Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang. Siang Kamis, 29 Desember 2022.
Penulis sekeluarga saat ziarah ke pusara Beliau Inyiak Canduang, Maulana Syaikh Sulaiman Arrasuly, di komplek Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang. Siang Kamis, 29 Desember 2022. Foto: Istimewa/Dokumen Pribadi

Dalam dunia rantau, istilah lain dari mudik ialah pulang (kembali) ke kampung halaman. Dunia sendiri pun sejatinya tempat kita merantau. Karena, semua kita kan pulang ke kampung halaman nan abadi. Akhirat.

Nusantara yang maritim ini tentu saja identik dengan merantau karena tradisi leluhurnya yang suka melaut.

Sebab dulu, merantau itu tentu saja harus dimulai dengan melaut. Sebab, tidak mungkin dapat merantau tanpa menyeberangi laut.

Minangkabau terkenal jua dengan laku merantau anak negerinya. Populasi perantau Minangkabau cukup banyak tersebar di Nusantara bahkan dunia. Para tokoh pun demikian jua, bahkan kelas dunia.

Sosok alim paling masyhur adalah Beliau Maulana Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawy. Mahagurunya para tokoh pendiri beberapa perguruan dan perkumpulan besar Islam.

Al-Washliyah, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Nahdlatul Wathan, Persatuan Tarbiyah Islamiyah dan lain semisalnya.

Kesemua perguruan atau perkumpulan besar Islam itu didirikan oleh para tokoh yang juga murid dari sosok asal Kecamatan IV Angkat Canduang, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat ini.