Penyakit ini menimbulkan beberapa gejala berupa batuk terus menerus yang berlangsung lama.
Sehingga membuat pasien lemas, demam dan meriang berkepanjangan. Kadang juga berdahak bercampur darah.
Tak hanya itu, berat badan turun, tidak nafsu makan, sesak nafas, nyeri dada dan berkeringat dì malam hari meski tanpa melakukan kegiatan.
Selain itu, penyakit ini pun mudah menular pada manusia yang memiliki daya tahan tubuh rendah.
“Penularan bisa melalui percikan ludah yang keluar dari penderita TBC ketika berbicara, batuk dan bersin,” paparnya.
Kemudian kata Umi, TBC ini tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga tulang, usus atau kelenjar.
Untuk itu, penderita TBC ini harus rutin minum obat supaya bakteri benar-benar mati tidak hanya tidur sementara.
“Serta melakukan terapi pencegahan bagi keluarga yang tinggal serumah dengan pasien TB,” ucapnya.
Umi juga mengingatkan kepada penderita maupun masyarakat yang terkena batuk menerapkan etika batuk.
Untuk mencegah penularan juga harus menjalankan etika batuk seperti menggunakan masker.
Terutama bila anda sedang berada dì keramaian atau bersama orang lain. Krmudian, tutup hidung dan mulut dengan menggunakan lengan dalam.
“Tutup mulut dan hidung dengan tisu, jangan lupa membuangnya di tempat sampah. Cucilah tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun,” bebernya.
Umi menambahkan, secara langsung TB dapat dìhindari dengan menjalankan kehidupan pribadi sehat seperti tidak merokok.
Serta meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan yang bergizi seimbang, hingga cukup mendapatkan sinar matahari dan mempunyai sirkulasi udara yang baik.
Agar rumah mendapatkan sinar matahari dan udara yang cukup, bukalah jendela pada pagi hari secara teratur. Dan juga menjemur kasur atau tikar secara teratur agar tidak lembab.
“Secara tidak langsung TB dapat dìhindari dengan berolahraga teratur, beristirahat cukup dan tidak tidur larut malam,” ungkapnya.
Kemudian, jika bayi berusia dì bawah 3 bulan segera untuk mendapatkan vaksin BCG, guna menghindari penyakit TB.
Selain itu, masih perlu edukasi kesadaran masyarakat dan dukungan dari seluruh stakeholder terkait untuk upaya pencegahan penyakit TBC.
“Terutama peningkatan kinerja Puskesmas, karena mereka merupakan garda terdepan dalam pencegahan dan penanganan,” pungkasnya. (gas)