PENGALAMAN dunia bisnis tidak lagi terbatas pada ruang kuliah dan buku semata. Mahasiswa Universitas Nurul Huda telah membuktikan hal ini dengan melibatkan diri secara langsung dalam observasi mendalam di desa Sumber Mulyo BK 3 Belitang, Kecamatan Buay Madang Timur, Kabupaten OKU Timur.
Tentunya langkah ini tidak hanya membuka jendela wawasan kita ke dalam kompleksitas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), tetapi juga menggugah semangat berinovasi para mahasiswa yang terjun ke lapangan.
Belitang, merupakan wilayah yang ada di OKU Timur sebagai lumbung padi, kini telah berkembang dan tidak hanya di sektor pertanian dan peternakan namun juga beragam usaha kecil yang memiliki dampak besar pada pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat.
Observasi mahasiswa Universitas Nuru Huda mengungkapkan bahwa UMKM di belitang tidak hanya menjadi hal penting dalam perekonomian lokal, tetapi juga menjadi tulang punggung kehidupan ekonomi di tingkat komunitas.
Melalui pengamatan mendalam ini, mahasiswa Universitas Nurul Huda tidak hanya mendapatkan pemahaman praktis tentang dinamika bisnis di lapangan, tetapi juga merasakan getaran semangat wirausaha yang membentuk jiwa kewirausahaan mereka.
Tidak cukup dengan berdiam di dalam kelas, mereka terlibat langsung, mendengarkan cerita pengusaha lokal, melihat perjuangan mereka, dan menelusuri terkait lima pilar dalam manajemen bisnis yaitu pilar model bisnis, pemasaran, operasional, sumber daya manusia, dan keuangan yang terdapat dalam UMKM tersebut.
Produksi jamur merang di daerah Belitang, Sumatera Selatan, sempat mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh serangan hama dan kurangnya perawatan yang dilakukan oleh petani setempat.
Namun, para mahasiswa dari Universitas Nurul Huda tidak tinggal diam dan berinisiatif untuk kembali memproduksi jamur merang yang sempat menurun tersebut.
Dalam upaya memulihkan produksi jamur merang, para mahasiswa bekerja sama dengan masyarakat setempat membentuk sebuah kelompok wirausaha yang fokus pada produksi jamur sawit dengan menggunakan metode yang lebih modern dan efektif.
Dan mereka berhasil menemukan cara untuk mengendalikan serangan hama dan memberikan perlakuan yang tepat pada jamur sawit agar tumbuh dengan baik.
“Awalnya saya bersama teman-teman melakukan diskusi, melibatkan beberapa warga masyarakat setempat. Ini dilakukan untuk membahas bisnis atau usaha yang belum digarap secara maksimal,” ungkap Albakdadi.
Ia pun menceritakan pengalaman pribadinya sehingga muncul ide untuk menekuni bisnis jamur merang. “Awalnya saat itu saya nonton YouTube, nah, dari menonton tersebut lantas munculah ide untuk budidaya jamur merang ini,” terangnya.
Tanpa menunggu lama, ia Bersama warga lainnya membentuk kelompok dan bekerja sama untuk berbisnis jamur. Karena usaha ini muncul spontanitasyang terinspirasi dari YouTube, maka dapat dipastikan sangat minim pengetahuan.
Untuk itu, iapun tak berhenti belajar dan mencari tahu tentang budidaya jamur merang tersebut. Sebenarnya kata dia, kendalanya bukan hanya pengetahuan semata namun juga seperti modal dan bahan baku.
“Jadi kelompok kami membagi rata biaya atau modal untuk membuka bisnis ini dan mencoba bekerja sama dengan perusahaan sawit sehingga kami memperoleh bahan baku utama untuk budidaya jamur merang ini. Dan seperti itulah awal bagaimana usaha kami dimulai dan berhasil berjalan kurang lebih 4 bulan ini dan hasilnya nya pun tergolong berhasil dan lumayan,” terang Albakdadi.